Tingkat Kecemasan Perawat di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Di Indonesia kasus pertama Covid-19 terkonfirmasi pada awal Maret 2020 kemudian penyebarannya dengan cepat meluas di 34 provinsi di Indonesia. Tenaga kesehatan dalam hal ini perawat melaksanakan tugas sebagai garda terdepan penanganan, pencegahan, dan perawatan pasien Covid-19 mengalami kecemasan karena disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah ketersediaan alat pelindung diri dan stigma dari masyarakat. Petugas kesehatan di Rumah Sakit Beijing yang dikarantina, bekerja di klinis berisiko tinggi seperti unit SARS, atau memiliki keluarga atau teman yang terinfeksi SARS, memiliki gejala stres pascatrauma yang jauh lebih besar daripada mereka yang tidak memiliki pengalaman ini. Profesional kesehatan yang bekerja di unit dan rumah sakit SARS selama wabah SARS juga melaporkan depresi, kecemasan, ketakutan, dan frustrasi (Wu et al., 2009; Xiang, Yang et al., 2020). Hal ini membuat petugas kesehatan khususnya perawat berpotensi mengalami kondisi yang rentan memicu gangguan psikologis, salah satunya kecemasan.
Buku ini merupakan penjabaran dari hasil penelitian terhadap perawat yang bekerja di ruang perawatan rawat inap. Masa adaptasi kebiasaan baru akan membuat perubahan cara perilaku, gaya hidup dan kebiasaan perawat dalam memberikan pelayanan agar tetap dapat memberikan pelayanan yang produktif di tengah pandemik Covid-19. Adaptasi kebiasaan baru jangan disalahartikan bahwa kembali ke kehidupan normal, sehingga menyebabkan risiko tertular Covid-19 lebih tinggi. Salah satu dampak dari adaptasi kebiasaan baru yang tidak siap adalah dapat menimbulkan kecemasan perawat dalam bekerja di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.