Satuan Pengukuran Dayak Desa dalam Perdagangan dari Tradisional ke Modernitas
Pernahkah
Anda membayangkan bagaimana masyarakat Dayak Desa berdagang tanpa timbangan
modern? Dengan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun, mereka memiliki
sistem satuan ukur yang unik—renti
untuk ternak, gatang
dan kulak
untuk padi, setempap,
sekilan, seseta, sekayu lengan, dan sedepak untuk ukuran panjang dalam
penjualan kayu, cekal
untuk sayuran, ringkat
untuk ikan, dan lamar emudak untuk
lahan pertanian. Setiap ukuran bukan sekadar angka, melainkan cerminan budaya
dan identitas kolektif.
Buku
ini bukan hanya dokumentasi, melainkan jembatan antara masa lalu dan masa kini.
Dengan konversi ke kilogram, liter, meter, dan hektar, pembaca akan melihat
bagaimana tradisi bisa hidup berdampingan dengan standar modern. Inilah karya
yang menghidupkan kembali kearifan lokal, sekaligus memperkaya pemahaman kita
tentang perdagangan, budaya, dan identitas Dayak Desa.
Ditulis
dengan pendekatan etnografis dan analitis, buku ini menghadirkan kisah
bagaimana tradisi pengukuran bertahan, bertransformasi, dan dikonversi ke
sistem modern agar tetap relevan dalam dunia perdagangan masa kini. Sebuah
bacaan penting bagi akademisi, pemerhati budaya, maupun siapa saja yang ingin
memahami kekayaan pengetahuan lokal nusantara.
.jpg)