Perkembangbiakan Tumbuhan Berbasis STEM dan Kearifan Lokal
Perkembangbiakan vegetatif bukan sekadar proses biologis,
melainkan pesan alam tentang keteguhan hidup—tumbuh dari akar, batang, atau
daun tanpa memerlukan benih. Dalam sains, ia disebut regenerasi; dalam
teknologi dan rekayasa, diwujudkan melalui setek, cangkok, hingga kultur
jaringan. Dalam matematika, kita belajar dari pola dan efisiensinya. Vegetatif
adalah simbol kemampuan untuk memberi kembali, bahkan dari sisa kehidupan.
Sebaliknya, perkembangbiakan generatif lahir dari pertemuan dua
sel kelamin, menghasilkan biji dan kehidupan baru. Ia adalah kisah penciptaan,
perpaduan genetik yang melahirkan keberagaman. Dalam sains, menjadi dasar
evolusi; dalam teknologi, melahirkan varietas unggul; dalam matematika,
tercermin pada kombinasi dan peluang yang menumbuhkan kemungkinan baru.
Secara filosofis, keduanya saling melengkapi. Vegetatif
mengajarkan kebijaksanaan untuk memulai kembali dari yang tersisa, sedangkan
generatif menanam keberanian mencipta sesuatu yang baru.
Dalam budaya Bali, makna ini hidup dalam ritual Tumpek Pengatag,
hari untuk memuliakan pohon dan tumbuhan. Melalui perawatan dan doa, manusia
menyadari kesatuannya dengan alam. Vegetatif menjadi lambang keberlanjutan
hidup, sedangkan generatif melambangkan harapan masa depan.
Pertumbuhan sejati bukan sekadar memulai
atau melanjutkan, tetapi memahami waktu untuk bertumbuh, cara berkembang, dan
makna dari setiap proses hidup—karena dari batang maupun biji, kehidupan selalu
menemukan jalannya.
