Selasa, 07 Juli 2020

Tewasnya J.P. Coen (1629)

  • Juli 07, 2020
  • Penerbit NEM

 

"Dispereet Niet...!"

Ya, J.P. Coen tidak pernah putus ada dalam membangun monopoli dagang dan kekuatan miniter VOC di Nusantara.

Pengalaman mengerikan di Banda, Kepulauan Maluku, 1609 Masehi tak menciutkan nyalinya. Tewasnya Laksamana Pieter Willemzoon Verhoeven saat berunding dengan Tetua Adat Masyarakat Banda justru melecut semangatnya untuk berkarier di VOC. Dendam dan kebencian pada penduduk peribumu serta persaingan sengir dengan pedagang Eropa lainnya membuat J.P. Coen tak segan bertindak brutal demi melapangkan jalan bagi VOC untuk memegang kendali pelayaran, perdagangan, militer dan politik di sepanjang Pesisir Utara Jawa sampai Kepulauan Maluku.

Untuk menghadang aksi VOC dan J.P. Coen, Panembahan Agung dari mataram mengangkat Temanggung Laksamana Bahurekso sebagai Panglima Armada Laut Mataram, rangkap jabatan sebagai Adipati Wedana Pesisiran Kulon, sekaligus Duta Raja dalam berbagai perundingan dan aksi diplomasi.

Lantas, apakah Pasukan Kaladuta 1 yang dipimpin oleh Tumenggung Laksamana Bahurekso dapat menjebol Benteng Hollandia di Batavia? Bagaimana nasib Sang Lajsamana ketika VOC melakukan serangan balik ke markas pasukan Mataram? Sukseskah Banteng Bahu dan Raden Sulanjana -dua anak Tumenggung Bahurekso- mempersembahkan kepala Gubernur Jendral VOC itu kepada Panembahan Agung di Mataram?

Kisah ini merupakan rangkaian dari noverl KI AGENG CEMPALUK Ksatria Kinasih Pajang-Mataram dan novel sintren SULASIH-SULANJANA Mantera Kekasih Perang Batavia (1628).